Kasih Karunia dari Allah yang Melupakan

Tidak seorang pun dapat diselamatkan oleh usahanya sendiri. Kita mungkin mengira dapat memperoleh perkenanan Allah dengan berdoa, percaya, taat, atau bertobat. Namun, satu-satunya cara kita memperoleh perkenanan Allah adalah oleh kasih karunia-Nya yang ajaib dan cuma-cuma.
Sebagian dari kita tidak langsung memahami bahwa sesungguhnya kita tidak layak diselamatkan, dan bahwa tak ada yang dapat kita lakukan untuk melayakkan kita. Kita berkata kepada Allah, “Aku benar-benar menyesali perbuatanku. Aku muak dengan diriku sendiri.” Benarkah itu? Kita perlu benar-benar tidak tahan lagi terhadap diri sendiri, bahkan merasa putus asa, sampai-sampai kita tidak bisa berbuat apa-apa. Pada saat itu, barulah kita berada pada keadaan yang tepat untuk menerima kasih karunia Allah yang melimpah. “Di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya” (Efesus 1:7).
Renungkanlah arti pengampunan Allah: Dia melupakan dosa-dosa kita. Menurut manusia, melupakan adalah kekurangan. Namun, menurut Allah, melupakan adalah sifat-Nya. Dia melukiskannya melalui gambaran indah yang diambil dari alam ciptaan-Nya. “Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita” (Mazmur 103:12). “Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup” (Yesaya 44:22).
Jika kita memikirkan tindakan melupakan menurut pengertian manusia, kita memberi batasan pada kasih karunia Allah, yang sebenarnya tidak ada. Kasih karunia-Nya melimpah tiada berkesudahan. Ketika Allah melupakan dosa-dosa kita, Dia melupakan sepenuhnya: “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Yesaya 1:18). Inilah kasih karunia dari Allah yang melupakan.