Busur di Awan

Kehendak Allah adalah agar manusia masuk ke dalam hubungan moral dengan-Nya. Segenap kovenan-Nya dimaksudkan untuk tujuan ini. Anda mungkin bertanya, “Mengapa Allah tidak menyelamatkan saya?” Ia telah menyelamatkan Anda, tetapi Anda belum masuk ke dalam hubungan moral dengan-Nya. “Mengapa Allah belum menjawab dosa saya?” Ia telah menjawabnya, tetapi bukan itu intinya. Pertanyaan yang harus dijawab adalah, “Apakah saya mau masuk ke dalam hubungan moral dengan-Nya? Semua berkat Allah yang besar telah selesai diadakan dan sempurna, tetapi berkat-berkat itu bukan milik saya sebelum saya masuk ke dalam sebuah hubungan yang didasarkan pada kovenan-Nya.
Masuk ke dalam hubungan moral dengan Allah menuntut saya melakukan bagian saya. Sama seperti Allah melampaui diri-Nya dalam hubungan-Nya dengan umat manusia, dengan menjadi manusia demi kita, begitu pula kita harus melampaui diri kita di dalam kovenan kita dengan-Nya. Saya tidak bisa duduk-duduk saja dan menunggu. Menantikan Allah mirip dengan ketidakpercayaan; artinya, saya tidak beriman kepada Allah dan menantikan satu hal terjadi supaya saya beriman pada waktu itu terjadi. Allah tidak pernah melakukan hal yang saya nantikan, sebab bukan itu dasar hubungan-Nya dengan manusia.
Iman kepada Allah adalah hal yang paling jarang ditemui. Kebanyakan dari kita hanya beriman kepada perasaan-perasaan kita. Kita tidak percaya kepada Allah kecuali Ia menaruh sesuatu di tangan kita, yang dapat kita tunjuk dan katakan, “Sekarang saya percaya.” Tidak ada iman di dalam hal itu. Allah berfirman, “Berpalinglah kepada-Ku supaya kamu diselamatkan” (Yesaya 45:22), bukan “Berpalinglah kepada apa yang telah Kuberikan kepadamu.”
Ketika saya benar-benar masuk ke dalam hubungan kovenan dengan Allah, dan melepaskan segala yang lain, saya tidak merasa telah mencapai sesuatu dengan kemampuan saya sendiri. Tidak ada bagian manusia di dalam semua itu; hanya sebuah perasaan dibawa ke dalam kesatuan dengan-Nya, dan segalanya berubah menjadi penuh damai dan sukacita.