Arahan Cita-Cita

Ayat ini merupakan gambaran atas apa artinya bersandar sepenuhnya kepada Allah. Sama seperti mata seorang hamba terpaku pada tuannya, begitu pula mata kita terpaku pada Allah. Kerohanian kita mulai terombang-ambing ketika kita berhenti mengarahkan pandangan kepada Dia. Hilangnya fokus ini bisa terjadi karena masalah yang terjadi di luar maupun masalah di dalam, yang berasal dari mempertanyakan dan meragukan pengabdian dan usaha kita. Kita berpikir, “Saya rasa saya terlalu keras terhadap diri saya. Saya telah berjinjit dan berusaha menyerupai Allah alih-alih menjadi orang yang biasa dan rendah hati.” Kita harus menyadari bahwa tidak ada upaya yang terlalu tinggi.
Pikirkan kembali krisis kerohanian Anda. Apa yang terjadi setelah Anda berdiri di pihak Allah dan memiliki kesaksian Roh Kudus? Awalnya Anda penuh dengan ilham dan energi. Namun, setelah berminggu-minggu, mungkin bertahun-tahun, Anda mulai berpikir, “Lagipula, saya cuma berpura-pura. Bukankah target saya terlalu tinggi?” Teman-teman Anda yang rasional sepakat dengan Anda. Mereka berkata, “Jangan menjadi orang bodoh. Kami tahu bahwa ketika Anda berbicara tentang kebangkitan rohani, itu sebuah dorongan sambil lalu. Anda tidak dapat mempertahankan semangat itu, dan Allah tidak mengharapkan Anda melakukannya.”
Sekarang Anda berkata, “Saya rasa saya terlalu banyak berharap.” Itu mungkin terdengar rendah hati, tetapi sebenarnya itu berarti dorongan Anda bersandar pada Allah telah lenyap, maka datanglah dorongan untuk bersandar pada pandangan dunia. Bahayanya adalah Anda tidak lagi menujukan mata kepada Dia karena Anda tidak lagi bersandar pada Allah. Hanya setelah Allah membuat Anda tiba-tiba berhenti, barulah Anda menyadari betapa banyaknya hal yang telah Anda lewatkan.
Tiap kali Anda mulai kehilangan fokus pada Allah, perbaikilah situasi itu dengan segera. Sadarilah bahwa sesuatu sedang terjadi antara Anda dan Dia, dan buatlah penyesuaian dengan segera.