Ke Mana Allah Dapat Pergi

Doa Paulus untuk jemaat di Tesalonika, yaitu supaya segenap roh, jiwa, dan tubuh mereka terpelihara dengan tak bercacat cela, adalah doa yang hanya dapat dijawab melalui karya ajaib Roh Kudus.
Jauh di bawah permukaan kepribadian kita terdapat wilayah samar-samar yang kita sendiri tidak pahami. Di sanalah tempat ketakutan dan motivasi terdalam kita berada, yaitu kuasa-kuasa bawah sadar yang tidak kita pilih dan tidak dapat kita kendalikan. Jika kita harus dibuat tidak bercacat cela, kita memerlukan Roh Kudus untuk menyelidiki kita. “Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku,” tulis Daud dalam Mazmur 139:1. “Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” (ay. 7).
Mazmur ini adalah kesaksian Daud atas kemahahadiran dan kekekalan-Allah—Dia ada di mana-mana dan selalu hadir. Daud hendak berkata, “Engkaulah Allah yang empunya dini hari, dan empunya kegelapan malam, Allah atas puncak-puncak gunung dan juga laut-laut yang dalam. Namun, ya Allahku, jiwaku memiliki horizon yang jauh melebihi dini hari, lebih kelam daripada kegelapan malam, lebih tinggi daripada puncak-puncak gunung, lebih dalam daripada segala lautan. Engkau yang empunya semua ini, kumohon, jadilah Allahku! Ada motivasi-motivasi yang tidak kupahami, ada mimpi-mimpi yang tidak dapat kumengerti. Tolonglah, ya Tuhan, selidikilah semuanya itu.”
Percayakah kita bahwa Allah dapat melindungi imajinasi kita lebih dari yang dapat kita lakukan? Sebagaimana Kekaisaran Romawi kuno mengirimkan garnisun tentaranya melampaui batas-batas kekaisaran mereka, demikian pula Allah mengutus Roh-Nya hingga melampaui batas-batas jiwa manusia. Hanya ketika kita dilindungi Allah dengan Roh-Nya, kita dapat menjadi tak bercacat cela. Tak bercacat cela bukan berarti sempurna, melainkan integritas kita terpelihara tanpa cela, dan kita tidak lagi mengalami penghukuman di hadapan Allah, sampai Yesus datang kembali.