Disiplin Rohani

Sebagai murid-murid Kristen, keduniawian bukanlah perangkap bagi kita; bukan pula dosa. Perangkap bagi kita—satu hal yang mengancam menjebak kita—adalah kurangnya disiplin rohani. Jika kita tidak disiplin secara rohani, kita tanpa malu berjuang untuk menyesuaikan diri dengan zaman agamawi yang kita hidupi, dan tertarik kepada godaan “kesuksesan” rohani.
Jangan mendambakan apa pun selain perkenanan Allah. Bawalah diri Anda “di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya” (Ibrani 13:13). Yesus meminta murid-murid-Nya agar tidak bersukacita dalam pelayanan yang sukses, tetapi sepertinya kebanyakan dari kita bersukacita dalam hal ini. Kita memiliki pandangan komersial, menghitung berapa banyak jiwa yang telah kita selamatkan atau kuduskan. Kita lupa bahwa pekerjaan kita bermula di tempat di mana anugerah Allah dilandaskan. Keselamatan dan pengudusan adalah karya anugerah Allah yang berdaulat. Pekerjaan kita adalah memuridkan jiwa-jiwa sampai mereka sepenuhnya berserah kepada Allah. Satu jiwa yang sepenuhnya mempersembahkan diri kepada Allah lebih berharga bagi-Nya daripada ratusan jiwa yang dibangkitkan oleh Roh-Nya. Allah membawa murid-murid-Nya kepada standar kehidupan oleh anugerah-Nya, dan kita bertanggung jawab untuk mereproduksi standar tersebut pada orang lain.
Kecuali kita menjalani hidup yang tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah, kita mungkin menjadi diktator yang meresahkan daripada murid yang tunduk. Banyak dari kita bersikap seperti diktator. Kita mendikte kapan kita berdoa dan kapan kita berkhotbah, memberitahu Allah apa yang harus Ia lakukan, dan memberitahu orang lain bagaimana mereka seharusnya bersikap. Yesus tidak pernah mendikte. Ketika Yesus berbicara tentang pemuridan, Ia mendahuluinya dengan kata “jika”, bukan “harus” (Matius 16:24). Pemuridan membawa serta pilihan.