Bangkit dari Reruntuhan

Allah tidak berjanji akan membuat kita kebal terhadap masalah. Ia berjanji akan bersama dengan kita ketika kita mengalami masalah. Tidak peduli apa pun masalahnya; bahkan kesulitan terbesar tidak dapat memisahkan kita dari Allah.
“Dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang” (Roma 8:37). “Semua” yang dibicarakan Paulus di dalam ayat ini bukanlah sesuatu yang imajiner tetapi benar-benar nyata. Namun, kata Paulus, di tengah-tengah segala kesulitan kita, kita adalah pemenang super, bukan karena kecerdasan atau keberanian kita, tetapi karena tidak ada hal yang dapat memengaruhi hubungan kita dengan Allah di dalam Yesus Kristus. Suka atau tidak suka, kita berada di tempat dan situasi kita yang sekarang. Saya merasa prihatin terhadap orang-orang Kristen yang tidak memiliki kesulitan di dalam situasi-situasi kehidupan mereka.
“Penindasan”? Penindasan tidak pernah mulia, tetapi juga tidak mahakuasa. Tidak ada penindasan, kata Paulus “dapat memisahkan kita dari kasih Allah” (ay. 39). Biarlah masalah menjadi masalah. Biarlah itu melelahkan dan meresahkan. Namun, jangan biarkan itu memisahkan Anda dari kenyataan bahwa Allah mengasihi Anda.
“Kesengsaraan”? Bisakah kasih Allah bertahan ketika segala sesuatu di sekitar kita sepertinya berkata bahwa kasih-Nya adalah dusta, dan keadilan itu tidak ada?
“Kelaparan”? Bisakah kita tidak hanya memercayai kasih Allah tetapi juga lebih dari pemenang sekalipun kita kelaparan? Entah Yesus Kristus adalah penipu dan Paulus terdelusi, atau sesuatu yang luar biasa terjadi pada jiwa-jiwa yang memegang kasih Allah ketika fakta-fakta yang terlihat bertentangan dengan karakter Allah.
“Lebih daripada orang-orang yang menang”. Logika dibungkam di hadapan klaim Paulus. Hanya satu hal yang dapat mendasari apa yang ia katakan: kasih Allah di dalam Yesus Kristus. “Dari reruntuhan saya bangkit” setiap saat.