Mengikuti Langkah Kaki Allah

Ujian terhadap karakter religius saya bukanlah apa yang saya lakukan dalam momen-momen yang luar biasa, tetapi apa yang saya lakukan ketika tidak ada hal yang luar biasa dan menarik terjadi. Kelayakan saya di hadapan Allah dinyatakan melalui sikap saya terhadap hal-hal yang biasa, yaitu ketika saya tidak berada di bawah sorotan. Apakah saya setia mengikut Dia pada waktu itu?
Adalah hal yang menyakitkan ketika kita belajar setia mengikut Allah. Kita perlu mendapatkan dorongan kedua angin rohani, sebab sebelum tiga langkah kita akan menemukan bahwa Allah telah berjalan jauh meninggalkan kita. Allah memiliki cara yang berbeda dalam bertindak, dan kita harus dilatih dan didisiplin untuk mengikuti jalan-Nya sebelum kita dapat mengejar-Nya. Ketika kita berhasil mengikuti langkah kaki Allah, satu-satunya ciri yang nyata di dalam hidup kita adalah kehidupan-Nya. Pribadi kita tenggelam dalam kesatuan dengan-Nya; hanya kuasa-Nya yang nyata.
Di dalam kitab Yesaya, dinubuatkan bahwa Yesus “tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai” (42:4). Ia dapat mengikuti langkah Bapa-Nya karena Ia tidak pernah mendekati persoalan dari sudut pandang-Nya sendiri, tetapi hanya dari sudut pandang Allah. Kita harus belajar melakukan hal yang sama. Caranya adalah dengan meresapi kebenaran rohani.
Kebenaran rohani dipelajari melalui atmosfer, bukan penalaran intelektual. Roh Allah mengubah atmosfer cara kita memandang segala sesuatu sehingga hal-hal yang sebelumnya tidak mungkin menjadi mungkin. Kita mulai melihat dari sudut pandang Allah, memahami jalan-jalan-Nya, dan mengikuti langkah kaki-Nya.
Mengikuti langkah kaki Allah semata-mata berarti menyatu dengan-Nya. Butuh waktu lama untuk tiba di sana, tetapi kita harus terus melangkah. Jangan menyerah, sekalipun rasa sakitnya luar biasa saat ini. Hadapilah, maka segera Anda akan menemukan bahwa Anda memiliki visi dan tujuan yang baru.