Rahasia Tuhan

Apakah tanda dari sahabat yang sejati? Bahwa mereka mengungkapkan kepada Anda dukacitanya yang mendalam? Tidak, tetapi bahwa mereka mengungkapkan sukacita yang rahasia. Banyak orang mau menceritakan dukacitanya yang terdalam, tetapi tanda keintiman yang terdalam adalah mereka menceritakan sukacitanya yang rahasia. Pernahkah kita mengizinkan Allah mengungkapkan sukacita-Nya? Atau, apakah kita sibuk memberitahu Allah rahasia-rahasia kita sehingga tidak menyisakan ruang bagi-Nya untuk berbicara kepada kita?
Di awal kehidupan kristiani kita, doa-doa kita penuh dengan permohonan. Lalu kita menemukan bahwa yang diinginkan Allah adalah membawa kita, melalui doa itu, ke dalam hubungan pribadi dengan-Nya sehingga Ia dapat menyingkapkan kehendak-Nya. Gagasan Yesus Kristus tentang doa adalah “Jadilah kehendak-Mu” (Matius 26:42). Apakah kita begitu berkomitmen terhadap pola doa seperti ini sehingga kita menangkap keintiman dengan Allah yang rahasia? Allah dapat menghasilkan berkat-berkat besar bagi kita, tetapi rahasia-rahasia kecillah yang menjadikan kita mengasihi-Nya, sebab itu menunjukkan keintman-Nya dengan kita. Semua itu menunjukkan bahwa Ia mengetahui setiap hal di dalam hidup kita.
“Kepadanya Tuhan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya” (Mazmur 25:12). Di awal kehidupan iman kita, kita ingin menyadari bahwa Allah menuntun kita. Namun, seiring perjalanan hidup kita, kita tidak lagi mempertanyakan apa kehendak-Nya. Pemikiran memilih apa pun yang lain tidak lagi muncul pada kita. Jika kita diselamatkan dan dikuduskan, Allah mengajar kita dalam setiap pilihan yang kita ambil, menuntun akal sehat kita, dan membangkitkan kewaspadaan kita ketika kita berada dalam bahaya memilih sesuatu yang tidak Ia inginkan. Ketika Allah menghentikan kita seperti itu, kita harus taat. Jangan pernah berdalih dan berkata, “Saya heran mengapa saya tidak boleh tidak taat.” Tiap kali keraguan muncul, jangan biarkan!