. . . dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.
Roma 1:1
Injil Allah adalah suatu realitas yang kekal. Hal-hal yang lain mungkin tampak nyata, tetapi Injil adalah kenyataan itu sendiri. Kita dibawa masuk ke dalam realitas ini melalui penebusan. Salib adalah jembatan sekaligus jalan masuk kita. Akses kita kepada realitas itu adalah karunia yang dibayar lunas untuk kita oleh Yesus Kristus. Kita tidak memperolehnya lewat perbuatan kita sendiri.
Penting bagi kita untuk memahami hal ini. Alasan Allah memanggil kita adalah agar kita mengabarkan Injil-Nya. Allah tidak meminta kita untuk pergi dan memainkan peran sebagai orang suci. Kekudusan diri adalah dampak, bukan penyebab. Jika kita mendasarkan iman kita dalam kekudusan kita sendiri, kita akan jatuh saat pencobaan melanda.
Dalam Roma 1, Paulus tidak berkata bahwa ia menguduskan dirinya sendiri dari kehidupannya yang lama. Ia berkata bahwa Allah yang menguduskannya. Paulus tidak merasa perlu mendapat pujian. Ia tidak terlalu menaruh perhatian pada karakternya sendiri. Ia tidak memikirkannya, karena dengan sepenuhnya ia menyerahkan diri kepada Allah. Selama mata kita terpusat pada kekudusan diri kita sendiri, bukan pada kekudusan Kristus, kita tidak akan pernah mengalami realitas penebusan. Kita seolah-olah meminta Allah agar menjauhkan kita dari kenyataan hidup yang keras, jauh dari kecemaran, kemerosotan, kerusakan, dan kekacauannya, supaya kita dapat menikmati kesempurnaan yang kita atur sendiri dan mengikuti kemauan kita sendiri.
Jika itu yang kita inginkan, tandanya kita sendiri masih belum mengalami realitas, dan Injil belum menjamah kita. Namun, ketika Injil menjamah kita, dan kita memasuki realitas yang kekal itu, kita akan dapat menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah.
Setiap dukungan Anda memberi pengaruh yang berarti. Mari dukung pelayanan kami.
Daftar untuk menerima renungan terbaik dari saya setiap hari. Email-email ini dapat berisi cerita, sumber-sumber, berita, dan kesempatan untuk menolong Anda bertumbuh lebih dekat dengan Tuhan setiap hari!
Lebih dari seabad lalu, Oswald Chambers membagikan isi hati Allah lewat pengajaran-pengajarannya yang tak lekang oleh waktu. Hikmat alkitabiah yang jujur dan mendalam masih menantang dan menguatkan para pembacanya hari ini.