Sikap yang Tidak Dapat Disalahkan

Yesus mengatakan bahwa kita harus meninggalkan persembahan kita di mezbah jika kita ingat, ketika tiba di sana, bahwa saudara atau saudari kita menyimpan suatu kejengkelan terhadap kita. Ia tidak berkata bahwa tiap kali kita datang ke mezbah, kita harus memulainya dengan kepekaan yang mematikan dan mengumpulkan pikiran-pikiran akan masalah yang mungkin sedang terjadi antara kita dengan saudara atau saudari kita.
“Jika . . . engkau teringat” berarti “Jika Roh Allah mengingatkan sesuatu di dalam pikiran Anda.” Roh Kudus membuat kita peka terhadap hal-hal yang tidak kita pikirkan sebelumnya. Jangan menolak kepekaan Roh Allah di dalam Anda bila Ia sedang mendidik Anda sampai pada hal-hal yang kecil.
“Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu” (Matius 5:24). Perintah Tuhan kita sederhana: kembalilah melalui jalan yang dahulu Anda lewati; ikutilah jalan yang ditunjukkan oleh Roh Allah kepada Anda ketika Anda berada di mezbah; pergilah kepada orang yang menyimpan kekesalan terhadap Anda, sambil menjaga sikap pikiran dan jiwa yang menjadikan berdamai adalah hal yang alami seperti bernapas. Yesus tidak menyebutkan orang lain itu. Ia berkata, “Pergilah!” Tidak ada pertanyaan tentang hak Anda. Ciri khas seorang murid adalah kemampuannya menanggalkan hak pribadinya dan menaati Tuhan Yesus.
“Lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” (ay. 24). Prosesnya diurutkan dengan jelas. Pertama, Anda tiba di mezbah dengan semangat heroik pengurbanan diri. Tiba-tiba muncullah pemeriksaan batin oleh Roh Kudus, yang diikuti dengan kesadaran yang menghentikan langkah Anda. Anda kemudian pulang, menelusuri jalan ketaatan terhadap firman Allah dan membangun sikap hati dan pikiran yang tak dapat disalahkan terhadap orang yang kepadanya Anda berbuat jahat. Akhirnya, Anda kembali ke mezbah, siap untuk mempersembahkan kurban dengan sukacita dan tulus kepada Allah.