Tujuan Kekal

Karena engkau telah berbuat demikian.” Abraham tiba di tempat di mana Ia bersentuhan langsung dengan hakikat Allah. Ia memahami kenyataan Allah dan segera taat ketika Allah menuntut putranya.
Jika saya ingin mencapai tempat yang sama—jika saya ingin melihat siapa Allah sesungguhnya—saya hanya dapat melakukannya melalui ketaatan. Ketaatan adalah kunci untuk mengembangkan karakter saya.
Karakter sayalah, bukan karakter Allah, yang menentukan penyingkapan diri Allah kepada saya.
Karena hamba kejam,
maka jalan-jalan-Mu sering tampak kejam bagiku.
—George MacDonald
Taat dengan segera adalah bukti bahwa hakikat Allah ada di dalam saya. Jika Allah, melalui Roh-Nya, tinggal di dalam saya, saya tidak mungkin mempertanyakan atau menolak ketika Ia berfirman, sebab Ia berfirman seturut dengan hakikat-Nya. Bila Yesus berkata, “Marilah”, saya segera datang kepada-Nya. Bila Ia berkata, “Lepaskan”, saya segera melepaskan. Bila Ia berkata, “Percayalah kepada Allah dalam hal ini”, saya akan percaya.
Janji-janji Allah tidak berharga bagi kita sampai kita memahami hakikat-Nya melalui ketaatan kita. Kita dapat membaca sebuah ayat Alkitab 365 kali dalam setahun tanpa memahaminya sama sekali. Lalu tiba-tiba, karena kita telah menaati Allah dalam hal tertentu, ayat itu menjadi jelas. Ketaatan kita membukakan hakikat Allah bagi kita, dan kita melihat maksud-Nya.
“Sebab, Kristus adalah ‘ya’ bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh karena Dia kita mengatakan ‘Amin’ untuk memuliakan Allah” (2 Korintus 1:20). Kata “ya” harus lahir dari ketaatan kita. Jika, oleh ketaatan kita mengaminkan sebuah janji, janji itu menjadi milik kita. Saya tidak akan pernah mengenali Allah yang sejati sampai saya berhadapan muka dengan Yesus Kristus. Maka, saya tahu bahwa “Selain Engkau tak ada yang kudambakan di bumi” (Mazmur 73:25).